Pentingnya Value Kader HMI Demi Organisasi yang Lebih Progres, studi kasus: Universitas Peradaban
Febi Nur Anisa_Lafran Pane_Cabang Tegal
Himpunan Mahasiswa Islam atau yang biasa disingkat HMI merupakan organisasi islam tertua di Indonesia, bagaimana tidak? Organisasi ini didirikan sejak dua tahun pasca kemerdekaan RI lebih tepatnya pada 5 Februari 1947. Dengan latar belakang kondisi umat islam dan masyarakat pada kala itu yang masih carut marut, HMI hadir sebagai garda terdepan umat dan bangsa. Tidak heran jika dengan kebesaran organisasi HMI, telah melahirkan berbagai tokoh pemimpin mulai dari tingkat lokal sampai tingkat Nasional. HMI yang selalu andil dalam proses pembangunan bangsa ini melalui peran kader-kader militannya.
Kader-kader HMI yang telah berhasil mencapai kesuksesanya, tidak terlepas dari yang namanya proses perkaderan. Dengan kata lain, di dalam organisasi HMI memiliki sebuah proses perkaderan yang sangat rinci dan teratur, baik training formal maupun non formal telah disusun rapih di dalam pedoman perkaderan HMI. Proses itulah yang membuat seorang anggota di HMI menjadi insan yang terus di kader sehingga melahirkan tokoh-tokoh hebat. Namun apakah itu semua masih relevan dengan kondisi sekarang?
Mari kita lihat dan rasakan realitas yang ada. Bahwa HMI sekarang sudah kehilangan daya tariknya di Universitas Peradaban khususnya di Wilayah Brebes. Setiap diadakanya LK1, minat dari mahasiswa untuk bergabung dengan HMI sangat minim, bahkan tak jarang yang masih menggunakan cara-cara kuno seperti “menculik calon kader” demi adanya peserta training LK1. Jika dianalogikan HMI seperti sedang menawarkan barang murah & tidak berharga sampai yang ditawari untuk membeli pun sudah sungkan atau tidak tertarik.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara seperti ini, artinya menculik calon kader pun salah satu bagian dari strategi. Tapi apakah akan terus seperti ini? Jelas kita akan kalah denga organisasi lain yang lebih menjual. Contohnya sekarang banyak organisasi eksternal yang terhambat dalam proses pencarian calon kader karena mahasiswa lebih tertarik pada Himpunan Mahasiswa tanpa islam (HMJ), atau Unit Kegiatan Mahasiswa karena dirasa lebih menguntungkan dan menarik.
Mahasiswa lebih tertarik pada organisasi internal menuruti miat dan bakatnya, misal mahasiswa yang dominan pada seni akan masuk ke organiasi PAC, mahasiswa dominan memiliki minat di alam akan masuk mahapala dan seterusnya. Cukup hanya pada sebatas itu saja tanpa mau eksplor ke luar lagi. Selain itu organisasi internal juga sangat minim resiko, sudah terjamin mulai dari pendanaan yang sudah diatur oleh menejemen kampus. Ditambah jarang ditemukannya konflik internal, yang mana jika dibandingkan dengan HMI yang penuh konflik internal dan organisasi yang independen jelas segalanya akan lebih rumit.
Kerumitan organisasi eksternal yang ada, ditambah lagi dengan kekuatan kader yang masuk ke dalam organisasi internal entah sebagai pimpinan atau pengurusnya sudah mulai lemah. Dalam artian, mahasiswa yang mengikuti organiasi eksternal dengan yang tidak pun kualitasnya hampir sama. Mulai dari menejemen, proses berfikir dan bertindak hampir sama, dan yang paling menonjol adalah nilai keislamannya. Yang mana kader HMI seharusnya berbeda dalam proses berfikir dan tingkah lakunya.
Di samping lunturnya nilai-nilai kader, kegiatan yang ada di HMI nya pun sangat monoton dan tidak menarik, itu pun salah satu faktor mengapa mahasiswa sekarang tidak melirik HMI. Kegiatan hanya training, kajian. Bahkan kegiatan Follow up yang seharusnya menjadi rutinan pun sangat jarang dilaksanakan oleh pengurus komisariat atau pengurus cabang.
Hal tersebutlah yang sehuarusnya kader-kader HMI renungkan terutama untuk para pemimpin dan pengurus komisariat untuk kembali menghidupkan komiariat dan memberdayakan kadernya minimal pada lingkungan kampus dan masyarakat sekitar. Jangan sampai HMI hanya akan terus menjadi organisasi yang membanggakan kebesaran sama lalu tanpa memikirkan bagaimana kondisi kedepanya.
Mulailah hidupkan kembali forum-forum follow up agar senantiasa kader upgrade ilmu dan bertambah pemahamanya sebagai kader yang berkualitas sesuai tujuan HMI. Bisa juga dibarengi dengan kegiatan diskusi atau forum belajar ilmiah sesuai program studi masing-masing karena kader HMI seharusnya sadar betapa pentingnya penguasaan akademis. Tidak lupa untuk mengembalikan forum-forum keislaman di sela-sela kegiatan yang hanya untuk menambah ke akraban, karena HMI adalah himpunan mahasiswa islam, bukan hanya organisasi yang hanya menghimpun sekumpulan orang saja, namun lebih dari itu kader umat dan bangsa katanya.
Maka dengan kader-kader yang selalu menjalankan proses perkaderan dengan baik akan melahirkan kader berkualitas. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi mahasiswa lain karena menjual velue bukan menjual nama tokoh-tokoh yang ada di atas. Pergerakan untuk menarik kader harus dimulai dari individunya masing-masing untuk menebar ilmu, gagasan, dan kerja nyata maka mahasiswa akan melihat bagaimana kualitas kader HMI yang seharusnya, dengan begitu LK1 akan dipenuhi dengan mahasiswa yang senantiasa ingin meng upgrade diri juga. Hal tersebut hanya dapat terealisasi jika dengan kesdaran individu kadernya untuk terus upgrade dan action. Namun bukan hanya tentang pembenahan inetrnalnya saja, harus dibarengi dengan pembenahan di eksternal HMI seperti gerakan di kampus maupun gerakan di masyarakat.
link download
Komentar
Posting Komentar