Tidak Semuanya Buruk, Begini Sisi Positif Akibat Pandemi Covid-19
Rabu, 24/03/2021, 19:06:09
OLEH: FEBI NUR ANISA
terbitan: panturanews.com
BUDAYA manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari kebiasaan yang telah melekat. Sudah semenjak awal tahun 2019, dunia dilanda pandemi Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), yakni virus yang menyerang sistem pernafasan. Infeksi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) ini, pertama kali ditemukan di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok.
Maka dalam rangka mencegah penyebaran virus tersebut makin meluas, para pemimpin negara di berbagai belahan dunia yang dilanda wabah Covid-19, sepakat untuk menerapkan kebijakan pembatasan sosial atau mengurangi kontak fisik dengan melakukan lockdown sesuai anjuran World Health Organization (WHO). Di Indonesia sendiri, lockdown dimodifikasi menjadi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Adanya kebijakan tersebut memang terbukti cukup ampuh bagi beberapa negara, terbukti sudah negara yang telah mampu mengendalikan penyebaran virus Corona ini. WHO kemudian memberikan resep lain yang disebut dengan New Normal. Yang pada intinya, setelah diajak bersembunyi dalam goa cukup lama, masyarakat kemudian diajak lagi untuk keluar dari persembunyiannya secara pelan-pelan dan diberi kesempatan melakukan kegiatan sosial lagi, meski dengan keterbatasan dan sesuai dengan aturan main.
Namun demikian, karena sebenarnya ancaman Covid-19 ini masih ada dan sewaktu-waktu dapat menyerang lagi yang disebut dengan second wave, maka WHO memberikan berbagai prasyarat terkait penerapan kebijakan New Normal tersebut.
Esensi dari kebijakan New Normal ini adalah diterapkanya protokol kesehatan yang ketat yaitu: memakai masker, menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan yang (dikenal dengan sebutan 3M) ketika masyarakat melakukan berbagai kegiatan baik kegiatan ekonomi maupun sosial.
Bebagai perubahan kasat mata yang terjadi akibat Covid-19 terlihat dari berbagai aspek kehidupan Perubahan yang mengarah pada new normal ini merupakan implikasi dari pengaturan selama masa tanggap darurat Covid-19 seperti diberlakukannya lockdown dan isolasi level komunitas, social distancing, mekanisme work form home, distance learnig, efisiensi, dan refocusing sumber daya, serta penyesuaian lainya yang kemudian menjadi kebiasaan baru.
Hal tersebut melahirkan budaya-budaya baru yang menjadi kebiasaan masyarakat era pandemi Covid-19 yakni: Pertama, menjaga kesehatan diri, meski terbilang merepotkan namun hal tadi tidaklah sepenuhnya hal buruk, dalam penerapanya manusia diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan, pentingnya merawat kesehatan
Adanya budaya mencuci tangan sebelum makan, membersihkan diri selepas bepergian dan sebagainya lebih diperketat dan harapanya menjadi kebiasaan masyarakat mendatang
Perubahan yang kedua, adalah ketergantungan antara manusia dengan teknologi informasi. Dalam penerapan pembatasan sosial ini berdampak pada dunia pendidikan. Untuk tetap berlangsung, sekolah harus menyesuaikan dengan metode belajar yang terbaru, dengan metode pembelajaran jarak jauh yang padat teknologi melalui aplikasi seperti Zoom, Google Meet, dan Whatsapp.
Meski realitasnya pelaksanaan pembelajaran online menemui kendala yang cukup serius akibat minimnya infrastruktur listrik dan jaringan internet, namun sisi baiknya para pelajar lebih mengenal teknologi dan pemanfaatan gedjet menjadikan pelajar lebih produktif.
Meski hal tersebut masih membutuhkan waktu untuk menjai terbiasa, karena tidak sedikit pula dari pelajar yang masih gagap teknologi, setidaknya peran teknologi informasi bisa dimanfaatkan dengan baik dalam membantu proses pembelajaran yang efisien dan fleksibel.
Ketiga, teknologi informasi juga telah menguasai dunia kerja dan pasar. Budaya baru seperti work form home menjadi sesuatu baru, yakni perubahan yang cukup revolusioner mengingat hal ini tidak pernah dialkukan sebelumnya, dengan mudah rapat bisa dilaksanakan dengan aplikasi Zoom, Google Meet dan sejenisnya menjadi metode kerja yang berjalan secara masif.
Dan bahkan akibat pandemi munculnya beberapa pekerjaan baru seperti digital marketing, atau pekerjaan lain yang mengandalkan digitalisasi, sehingga pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih santai dan hal tersebut cukup membantu para ibu rumah tangga yang ingin tetap berpenghasilan.
Dengan adanya budaya-budaya baru yang terlahir akibat pandemi COVID-19, menciptakan manusia-manusia kreatif dan inovatif dalam pola fikir. Karena budaya yang ada akan tergantikan seiring perkembangan zaman, seperti yang sekarang sudah terjadi.
Menerima dan menerapkan budaya baru memang bukan hal yang cukup mudah, namun dengan tetap memikirkan hal yang positif dibalik semua ini, manusia akan digirig menjadi manusia yang lebih berfikir bagaimana tetap hidup bukannya menyerah dan menyalahkan keadaan.
(Febi Nur Anisa adalah mahasiswa semester 4 Teknik Informatika Universitas Peradaban Bumiayu (UPB) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Komentar
Posting Komentar