Bak Sebuah Mata Pisau, Pentingnya Memahami Peran Digitalisasi
Selasa, 30/03/2021, 21:58:18
OLEH: FEBI NUR ANISA
terbitan: panturanews.com
MANUSIA adalah makhluk Tuhan dengan dikaruniai akal pikiran, selalu saja ada terobosan-trobosan baru dalam menciptakan sebuah kemudahan. Kemudahan untuk meringankan berbagai pekerjaan, sehingga peranya hanya sebagai operator atau otak penggerak dari sesuatu yang akan dijalankan.
Para ahli di bidang teknologi Informasi berlomba-lomba menciptakan produk baru untuk membantu meringankan pekerjaan manusia, bahkan sudah ada yang namanya artifical Intelligence (AI) yakni kecerdasan buatan yang menyerupai manusia.
Dengan penciptaan sistem, mesin, komputer dan robot yang semakin canggih akankah peran manusia tergantikan? Seperti dalam film kartun atau film fantasi lainya manusia akan digantikan dengan komputer dan robot?
Jika dilihat kembali bahwa semua teknoligi terbaru yang diciptakan tidak lain adalah untuk memudahkan pekerjaan manusia bukan untuk menggantikan manusianya. Maka jelas, semuanya hanya sebagai alat, segala yang tergolong alat harus memiliki penggerak, yakni manusia itu sendiri.
Pada pesatnya perkembangan zaman yang sudah memasuki era 5.0 atau society 5.0 yakni konsep dimana memanusiakan manusia dengan teknologi. Maka peran teknologi disini menjadi sangat penting.
Ketika digitalisasi adalah sebuah terminologi untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk hard menjadi digital, konsep ini tidak lain digunakan untuk mempermudah proses pengarsipan dan hal lain yang serupa.
Transformasi digital disebabkan oleh beberapa faktor yakni perubahan regulasi atau aturan, adanya perubahan pada lanskep persaingan serta perubahan pergeseran industri bahkan konsumen. Memang dengan adanya digitalisasi semua menjadi serba praktis, seperti proses pendataan pada instansi tertentu yang biasanya memakan tempat dan rauang cukup besar, sekarang bisa disimpan hanya pada satu chips kecil berupa data digital.
Adapun maraknya digital marketing, yakni market atau pasar yang berada pada genggaman, dalam artian setiap penjual atau pembeli hanya memanfaatkan aplikasi tertentu untuk melakukan proses jual beli. Sekarang para penjual tidak perlu repot-repot menyewa tempat, membuka lahan untuk berjualan dengan memajang barang daganganya, mereka hanya perlu memajang foto pada sebuah aplikasi dengan beberapa deskripsi produk.
Dengan begitu pembeli pun tidak usah repot-repot pergi ke luar rumah, berjalan, memiih dari toko satu ke toko lain, hanya cukup dengan menggunakan jari dengan cara scroll dan tap-tap gedget maka barang akan datang melalui proses pengantaran oleh kurir.
E-money atau uang elektronik juga merupakan transformasi digital, sudah banyak BANK dan para konsumenya yang menggunakan e-money, hal ini dirasa lebih memudahkan dalam proses transaksi. Cukup dengan menggunakan kartu atau aplikasi pada gedget, proses transaksi bisa dilakukan dengan mudah tanpa ribet.
Hal-hal yang tadi merupakan dampak baik hasil digitalisasi, namun ternyata tidak semua berdampak pada sisi positif saja, digitalisasi kerap kali membawa budaya-budaya buruk dan menimbulkan hal negatif. Ketika digitalisasi telah memfasilitasi manusia untuk berada pada posisi nyaman dengan serba kemudahanya, manusia kerap kali terlena.
Lunturnya nilai-nilai sosial dan meningkatnya rasa indiviualisme karena adanya budaya baru yang biasa disebut mager atau malas gerak, khususnya anak-anak milenial akan lebih suka mengurung diri dan melakukan aktifitas di dalam rumah saja. Tanpa menghiraukan lingkungan sekitar, enggan ketika tegur sapa dengan tetangga, lebih menghidupi dunia maya daripada dunia nyata.
Tak jarang orang tua pun menjadi korbannya, seperti mendapat mainan baru mereka mengumbar-umbar segala aktifitas dan curhatanya pada sosial media, bahkan tak jarang membuat konten joget-joget pada sebuah aplikasi.
Adanya profesi baru yang dilahirkan anak-anak milenial dengan digitalisasi seperti gamer, youtober, selebgram, seleb tiktok membuat meraka seakan sedang hidup di dunia yang bukan dunia nyata. Kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan melalui media teknologi informasi ini merajalela, adanya profesi hacker yakni salah satu profesi kejahatan yang memanfaatkan digitalisasi dalam aksinya. Bahkan kejahatan seperti penyebaran video asusila, pembuatan konten tidak bermanfaat dan amoral, serta banyak hal buruk lain akibat digitalisasi.
Digitalisasi dibuat untuk memudahkan manusia, cukup hanya pada memudahkan, yang memiliki kendali tetap harus manusianya. Jangan sampai manusia tergerus dalam arus digitalisasi. Manfaatkanlah dengan baik, bukan malah dimanfaatkan oleh digitalisasi apalagi dijadikan target korban dari industri digital yang nakal.
Dianalogikan dalam sebuah mata pisau, yang apabila mata pisau itu bisa digunakan untuk memotong buah atau memotong jari seseorang terserah si pengguna. Begitupun peran digitalisasi, hanya sebatas alat, si pengguna bisa menggunakan untuk kebermanfaatana atau kejahatan atau bahkan sesuatu yang unfaedah (tidak bermanfaat), semua tergantung kebijakan dari si pengguna.
(Febi Nur Anisa adalah mahasiswa semester 4 Teknik Informatika Universitas Peradaban Bumiayu (UPB) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Komentar
Posting Komentar